AKSARA, Makassar – Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa UMI menggelar aksi bakar lilin di depan gedung rektorat.
Aksi pembakaran lilin tersebut dipicu oleh kebijakan Rektor UMI, Basri Modding mengenai penetapan uang subsidi Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) sebesar Rp300 ribu. Oleh mahasiswa, jumlah tersebut dianggap mahal dan bukan merupakan solusi dalam mengurangi biaya kuliah.
Segala upaya pun ditempuh oleh para mahasiswa ini termasuk menemui pihak rektorat untuk mengadakan dialog terkait kebijakan tersebut. Namun gagal akibat dihadang petugas satpam yang sedang melakukan pengawasan di lingkungan rektorat.
“Kami merasa terabaikan sebagai mahasiswa UMI, karna dihalangi oleh petugas saat hendak menemui Rektor, kami cuma ingin berdialog masalah subsidi, karna kami sangat merasa kebijakan subsidi itu bukanlah solusi dalam mengurangi biaya kuliah di tengah pandemi covid-19 ini,” terang Humas Aliansi Mahasiswa UMI, Raka saat ditemui di gedung Rektorat UMI, Rabu (29/07/2020).
Tak lama berselang, seiring dengan jam pulang, para mahasiswa ini berhasil menghadang Rektor tepat di depan pintu keluar gedung Rektorat. Sempat terjadi dialog singkat antara para mahasiswa dan Rektor, Basri Modding. Namun, sayangnya, sang Rektor masih enggan memberikan komentar lebih.
“Itu sudah menjadi kebijakan rektorat yang telah difikirkan dan diputuskan,” singkat Basri Modding ditengah hadangan para mahasiswa.
Mendengar komentar dari Rektor Basri Modding tersebut, sejumlah mahasiswa mengaku kecewa dan merasa terabaikan. Meski begitu, aksi pembakaran lilin masih terus dilanjutkan hingga malam tiba.
Dari hasil pantauan Media ini, Para mahasiswa yang berjumlah kurang lebih 30 orang tersebut terlihat duduk secara melingkar dengan keadaan bersila mengitari api hasil pembakaran lilin.
“Kami sebagai mahasiswa UMI merasa tak dihiraukan sama Rektor, kami cuma mau dialog, kami akan terus disini akan ada aksi – aksi lanjutan, aksi bakar lilin ini adalah aksi simbolis yang artinya matinya keadilan di Kampus,” pekik Raka dengan lantang.
Pewarta: Andis | Editor: Redaksi